Pada jaman dahulu, ditepi Hutan Jati Suci disebuah gubuk hidup seorang kakek yang sudah amat tua dengan satu muridnya. Kakek tua itu bernama Mpu Kirli dan satu-satu nya murid si kakek itu bernama Toka. Umur Sitoka sekitaran 15 tahun, toka pun begitu sangat patuh sekali akan petuah maupun petunjuk dari gurunya Mpu Kirli yang sudah mengasuh Toka sejak dia masih kecil.
Sebenarnya Gurunya itu mempunyai sifat yang kikir, pemarah dan sangat pemalas, dan gurunya pun si Mpu Kirli merupakan sosok yang hanya mementingkan diri sendiri saja. Dan sebenarnya Mpu kirli tidak menyukai si toka, tapi dia tidak punya pilihan lain karena si toka bisa disuruh suruh untuk melakukan pe kerjaan apa pun dari mpu kirli.
Kerjaan gurunya setiap hari hanya bermalas malasan saja dberanda rumahnya tanpa melakukan kegiatan apa pun yang berartti. Dan semua kegiatan dan pekerjaan baik di dalam rumah maupun di luar semua dikerjakan oleh si Toka. Kesombongan mpu kirli telah memnguasai dirinya, membuat hatinya tertutup untuk sedikit ikut merasakan dan menghargai apa yang sudah dilakukan dan dikerjakan oleh si toka.
Disuatu pagi Mpu kirli memanggil manggil si toka sambil dia duduk di kursinya. "Toka, toka ... kemarilah kau nak ... " panggil si Mpu kirli. Toka pun berlari mengampiri gurunya walau pun ia masih sibuk menjemur kayu bakar dihalaman.
"Ada apa guru ?" Jawab sitoka sambil duduk bersimpuh didepan Mpu kirli.
"Beberapa hari ini kalau aku amati, hujan sering sekali turun. Coba kau mencari jamur didalam hutan sana, pasti banyak tumbuh jamur jamur didalam hutan sana." perintah Mpu kirli kepada si toka.
"Baiklah guru, toka akan berangkat sekarang kehutan." tukas si toka sambil bergegas mempersiapkan keranjang bambu kecil.
"Toka, toka kemarilah sebentar" panggil Mpu kirli kembali
"Ada apa guru?" jawab si toka sambil menghampiri Mpu kirli
"Setelah kau mendapatkan jamur, kau jangan langsung menjualnya ke pasar, kau bawa kepadaku dahulu, biar aku yang memilih mana jamur beracun dan yang tidak beracun. kau paam toka?" titahn gurunya
"baik guru" jawab toka sambil mengangguk tanpa prasangka.
Sitoka pun segera berangkat pergi ke dalam hutan. Sebenarnya alasan mpu kirli menyuruh si toka membawa jamur kepadanya adalah agar Mpu Kirli bisa melihat seberapa banyak jamur yang telah dibawa oleh Toka, sehingga uang hasil penjualan bisa ia perkirakan terlebih dahulu. Mpu Kirli takut kalau-kalau Toka membohonginya sewaktu menjual jamur itu ke pasar.
Waktu terus berlalu, dan tak sampai siang hari Toka telah kembali ke gubug dan langsung menemui gurunya. Sambil berlari-lari kecil Toka segera menemui gurunya
“Guru, benar kata Guru. Toka menemukan banyak sekali jamur di hutan Guru, ini keranjangnya sampai penuh” Ujar Toka meluapkan kegembiraannya sambil terengah-engah menahan lelah.
“hhhmmh, cepat segera kau cuci ya jamur nya toka, apakah masih banyak jamur nya ya di hutan, toka?” tanya Mpu Kirli dingin.
“Baik Guru, Emmh ... betul sekali Guru. masih banyak sekali jamur didalam hutan sana“ Jawab Toka berbinar.
“kalau begitu, jamur ini kau letakkan saja didapur, ayo toka kita kembali lagi ke hutan sana untuk mencari jamur mumpung lagi musim”. Mpu Kirli takut kalau jamur-jamur yang ada di hutan tersebut akan diambil orang.
“Baik guru.“ Toka segera bergegas menuju dapur.
Setelah selesai menyimpan jamur itu, Toka hendak memasak untuk sang Guru dan dirinya.
“Toka, apa yang kau lakukan? Ayo kita berangkat nanti keburu malam” Ajak Mpu Kirli.
“Guru tidak makan dahulu?” Tanya si Toka.
“Tidak usah toka, sekalian saja nanti seusai mencari jamur dihutan, Ayo kita segera berangkat.” Jawab Mpu Kirli sedikit kesal.
“Baik Guru ... ” Toka membatalkan niatnya memasak, dan segera menyusul langkah gurunya menuju hutan.
Selama pencarian Toka hanya diijinkan untuk mengambil jamur jamur yang kecil saja, sedang yang besar dimasukan ke keranjang yang dibawa oleh Mpu Kirli. Sitoka tidak mengeluh, meski perutnya perih menahan lapar yang kian menyerang. Tak terasa waktu terus berjalan, hari menjelang senja dan malam pun akan segera tiba, Mpu Kirli tak peduli meskipun malam semakin mendekat, ia terus asik memungut jamur jamur yang bertebaran di hadapannya.
Saking asik nya, hari pun tak terasa telah berganti malam, Mpu Kirli pun tak menyadari bahwa Toka sudah meninggalkannya. Mpu Kirli kebingungan mencari muridnya.
“Toka ... Toka ... di mana kau Toka ...?” “Dasar kau anak tak tau diuntung, Toka ...” Mpu Kirli terus berteriak-teriak memanggil nama Toka.
Karena suasana gelap, Mpu Kirli tidak menyadari bahwa langkahnya semakin masuk ke dalam hutan. Dalam keputusasaan nya, Mpu Kirli akhirnya menemukan sebuah bangunan tua yang berlapiskan dinding kayu yang tebal. Meski gelap, Mpu Kirli mengerti bahwa bangunan itu pasti megah dan mahal. Dengan langkah kaki terseok, Mpu Kirli mendekati bangunan itu dan masuk ke dalamnya.
Di dalam ruangan ternyata ada lampu minyak yang menyala, namun suasana sepi sekali.
“Hmmmh, besar dan bersih juga rumah ini, andaikan aku yang memilikinya ... hhhmmh ...” Mpu Kirli sejenak mengamat-amati kondisi di dalam ruangan yang besar dan terlihat sepi itu.
Belum habis keheranan Mpu Kirli, tiba-tiba (BBRRakkkk) pintu tempat ia masuk tadi tertutup dengan keras sehingga membuat Mpu Kirli melompat karena kaget.
“Kurang ajar, ” Mpu Kirli mengumpat dan mencoba membuka pintu itu kembali. Sekian lama Mpu Kirli mencoba membuka pintu itu, namun sia-sia, pintu itu tak bisa dibuka. Pintu itu seolah-olah berubah menjadi dinding baja yang tak bisa ditembus dengan kekuatan apapun. Ia menendang, menggedor-nggedor pintu itu, namun usahanya sia-sia saja. Karena sudah lemas dan kehabisan akal, Mpu Kirli berteriak-teriak memanggil muridnya, berharap ia akan datang dan menyelamatkannya, namun sia-sia saja karena Toka tidak pernah datang.
“Toka ... Toka ... Toka ... tolonglah aku Toka ... Toka ...” Mpu Kirli terus berteriak sambil menangis. Mpu Kirli mulai terkulai lemas di sudut ruangan, matanya membengkak karena terlalu banyak menangis. Didalam kesedihan nya simpu Kirli mendongakan kepalanya keatas, Mpu kirli melihatada se ekor cicak yang merayap per lahan dan keluar dari bangunan itu melalui celah sempit daun pintu yang tertutup.
“Akh, andaikan aku menjadi cicak, pasti aku akan bisa keluar dari tempat terkutuk ini” gerutu Mpu Kirli yang sudah putus harapan.
Rupanya suara gerutuan dan harapan Mpu Kirli tadi dikabulkan oleh Tuhan, seketika ia berubah menjadi seekor cicak namun berukuran besar, sehingga Mpu Kirli tetap tak mampu keluar dari bangunan itu.
Dalam segala keputusasannya ia terus berteriak memanggil nama muridnya. “Toka ... toka ... toka ...!” Mpu Kirli terus berteriak hingga suaranya berubah, bukan Toka lagi yang terucap, tapi suara yang keluar adalah “Tokek ... tokek ... tokek ... tokek ... tokek”. Sejak itulah muncul nama Tokek untuk menyebut nama cicak dengan ukuran besar.
Tidak ada komentar